Sunday 21 February 2010

Dealine Pengumpulan PKM-GT & AI di undur 31 Maret 2010


Kesempatan Berkarya


Berkenaan dengan surat Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Ditjen Diktinomor: 2026/D3/KM/2009 tanggal 4 Desember 2009 perihal penerimaan proposal PKM-AI dan PKM-GT tahun 2010.Dengan hormat kami sampaikan ralat batas akhir pengajuan proposal PKM-AI dan PKM-GT,yang semula tanggal 10 Maret 2010, diperpanjang sampai dengan tanggal 31 Maret 2010 pukul 16.00 WIB sudah diterima di DP2M.


Biasanya kita harus mengumpulkan di administrasi pusat Unsoed H-10 untuk di proses dan di serahkan ke Dikti. Jadi diusahakan 20 Maret sudah beres. Ayo teman-teman HMJ-AN, FISIP, UKMPR, semua mahasiswa Unsoed SEMANGAT...!!!


Download panduan di http://dp2m.dikti.go.id/data/pkm2010_REVISI02.pdf



Tuesday 9 February 2010

Mengenal Budaya Valentine’s Day bagi “Kita”


Oleh: Ucu Abdul Barri

Bulan februari ini ternyata banyak yang ditungu-tunggu bagi sebagian orang. Kenapa tidak, ternyata disini ada momen yang biasa para anak muda gaol bilang Valentine's Day. Tapi anehnya ketika ditanya valentine itu apa? tidak sedikit orang yang menggelengkan kepalanya. Lantas valentine sih opo?? dan ternyata valentine itu nama orang. Ya, betul betul betul, Valentine adalah seorang bishop (mentri) di Terni, suatu tempat kira-kira 60 mil dari Roma. Dia mendapat hukuman Pancungan oleh penguasa Roma. Sungguh merupakan kisah tragis pada saat itu. Ia dipancung karena konon kabarnya gara-gara ia memasukan sebuah keluarga Romawi ke dalam agama Kristen. Itu terjadi sekitar tahun 273 Masehi. Dalam perkembangannya, peristiwa tersebut lalu dikaitkan dengan gebyar Valentine’s Day.

Ajaibnya, hajatan Valentine’s Day yang digarap anak-anak muda kontemporer sekarang ini rada-rada nggak nyambung (alias Jaka Sembung bawa golok) dengan latar belakang sejarahnya. Bukannya memperingati “jasa-jasa” sang rahib, tapi malah diisi dengan kegiatan curhat dan kasih sayang. Tapi apa mau dikata, kegiatan rutin tahunan Valentine’s Day sudah kepalang dinobatkan sebagai hari kasih sayang diseluruh dunia. Termasuk kita jadi latah ikut heboh setiap tanggal 14 februari. Padahal, Valentine’s day punya latar belakang peristiwa yang bukan berasal dari Islam. So, bahkan dalam versi lain, disebutkan bahwa pada awalnya orang-orang Romawi merayakan hari besar mereka yang jatuh pada tanggal 15 Februari yang diberi nama Lupercalia.

Peringatan ini adalah sebagai penghormatan kepada Juno (Tuhan Wanita dan Per-kawinan) dan Pan ( Tuhan dari alam ini). Seiring dengan berjalannya waktu, pihak gereja yang waktu itu agama Kristen mulai menyebar di Romawi dan memindahkan upacara penghormatan terhadap berhala itu menjadi tanggal 14 Februari. Dan dibelokkan tujuannya, bukan lagi menghormati berhala, tapi menghormati seorang pendeta Kristen yang tewas dihukum mati. Namun acaranya pun bukan lagi Lupercalia, tapi Saint Valentine.

Berarti yang ikut-ikutan dalam hajatan Valentine’s Day itu ternyata merayakan peringatan yang bukan dari Islam. Nggak tahu, apa nggak mau tahu???

Melihat akar sejarahnya, kita nggak bisa membantah kalau acara Valentinan itu nggak ada sangkut pautnya dengan ajaran Islam. Yang sudah nyata, adalah tanpa sadar kita jadi latah ikutan acara ini. Padahal, budaya itu nggak mirip-mirip amat dengan way of life-nya Islam. Terlebih Al-Qur’an sangat “cerewet” menyikapi masalah ini. Budaya Valentine’s Day itu memang berasal dari Way of life-nya akidah lain, yakni budaya orang barat yang berakidah sekuler. Maka, disinilah wajib bagi kita untuk gaul juga soal hukum-hukum Islam. Seperti “berkasih sayang” versi Valentine’s Day ini wajib kita tahu hukumnya.

Rasulullah saw. pun angkat bicara, beliau melarang kita untuk menyerupai (tasyabbuh) ajaran suatu kaum. “siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk kedalamnya,” sabda baginda Nabi saw. Nah, termasuk yang dijadikan bahasan hadits itu adalah ikut merayakan hari raya orang-orang diluar Islam, diantaranya Valentine’s Day.

Sebagai seorang remaja muslim yang beriman kepada Allah, tentunya kualitas keimanan ini harus senantiasa terus dipupuk dalam rangka menuju perbaikan diri agar hamba yang hina ini terjauh dari hal-lah yang dibenci-NYA. Pamungkas semoga kita semua senantiasa selalu berada dalam lindungan-NYA. Amiiin....

Monday 1 February 2010

Antara Realitas Politik dan Semangat Pergerakan Mahasiswa


Oleh: Ucu Abdul Barri

Mahasiswa dalam sejarah peradaban bangsa Indonesia adalah orang-orang yang penuh dengan pemikiran visioner dan menjadi referensi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi . Hingga hari ini mahasiswa masih dianggap sebagai kaum terpelajar sebuah bangsa yang dapat merombakhancurkan sistem ketatanegaraan yang tirani dan menindas rakyat. Kita tidak ingin terbuai oleh romantisme sejarah masa lalu yang ditaburi oleh harumnya pengorbanan dan untaian mutiara pemikiran para pendahulu kita. Tetapi satu hal yang mesti diyakini bahwa ruh perjuangan itu akan senantiasa melekat pada diri kita dalam setiap zamannya.

Sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada suatu negara. Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa penggulingan, antara lain seperti : Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Paksitan tahun 1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987, Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. Akan tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa pengulingan kekuasaan itu bukan menjadi monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun, gerakan mahasiswa lewat aksi-aksi mereka yang bersifat massif politis telah terbukti menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam menentang kekuasaan tirani.

Gerakan mahasiswa merupakan gerakan moral kaum terdidik, apa yang dilakukannya sarat dengan muatan akademis. Masyarakat awam melihat gerakan mahasiswa sebagai suatu kebenaran. Muatan akademis yang dibawa kemudian dimanfaatkan oknum elite politik tertentu, untuk menjatuhkan lawan politik mereka . Ini tentunya tidak terlepas dari deal-deal politik yang dilakukan oknum elite politik dan oknum elite pada tataran mahasiswa. Tarik-menarik kepentingan politik di tingkat nasional telah membawa gerakan mahasiswa untuk meramaikan konstelasi politik nasional, padahal gerakan mahasiswa bebas nilai terhadap kekuasaan. Hal ini akan menjadi preseden buruk bagi kelangsungan gerakan kini dan masa mendatang, bagaimana mungkin mahasiswa dapat mengonsolidasikan gerakannya jika sebagian dari mereka telah terjual idelismenya. Untuk itu, tidak salah kiranya jika pertanyaan seputar bagaimana seharusnya gerakan mahasiswa dan pada wilayah apa batas pergerakannya masih tetap relevan untuk dikedepankan. Ini sebagai upaya menjaga garis kemurnian perjuangan gerakan mahasiswa.

Mau tidak mau dan suka tidak suka, gerakan mahasiswa harus berani untuk memutus hubungan dengan oknum elite politik yang memanfaatkannya sebagai senjata politiknya. Bagaimana caranya? Hal itu hanya bisa dijawab oleh para pelaku gerakan. Pastinya, diperlukan keberanian dari gerakan mahasiswa untuk segera menarik diri dari lingkaran politik kekuasaan yang cenderung elitis, lalu menata gerakan mahasiswa kearah gerakan berbasis kultural, sebagai salah satu pengamalan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Sebuah perubahan besar dimulai dari hal-hal yang kecil. Untuk itulah kita mesti meyakini bahwa ruh perjuangan dan semangat pengorbanan yang melekat pada diri mahasiswa akan menjadi sebuah karya nyata hari ini dan esok.

Untuk sebuah perubahan. . . HIDUP MAHASISWA !!!!

Template by : kendhin x-template.blogspot.com